Network
PR KALBAR. Aktivis mahasiswa adalah salah satu gerbong besar perubahan di Indonesia. Sejarah yang mencatat hal tersebut.
Momentum Sumpah Pemuda 1928 bahkan diera-era sebelumnya hingga peristiwa Reformasi 1998.
Sebenarnya hampir tidak ada perubahan besar di Indonesia yang tidak menghadirkanpara mahasiswa sebagai lokomotivnya. Karenanya atas dasar fakta historis tersebut, maka secara logis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia merupakan organ penting strategis bagi proses kemajuan Indonesia, baik dulu, sekaranag hingga masa-masa ke depan.
Kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), pada idealnya adalah penjaga dan penerus api perjuangan Soekarno, sang merupakan proklamator kemerdekaan, presiden pertama RI, penggali Pancasila, sekaligus Bapak Marhaenisme.
Baca Juga: Ini Harapan Pj Bupati Landak dalam Dies Natalis GMNI ke-70 Tahun!
Bung Karno juga sering disebut sebagai Putra Sang Fajar dan Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Inilh warna dan positioning GMNI, jati diri yang tidak boleh terpisahkan dari jiwa para kader.
Dalam menerobos lorong jaman GMNI harus terus konsisten dengan filosofi dasar perjuangannya itu. Karenanya melihat kader GMNI yang pro kapitalisme seharusnya adalah hal yang mustahil.
Melihat kader GMNI yang diam dihadapan penindasan baik yang bersifat lokal maupun internasional adalah juga mustahil.
Marhaenisme sebagai ideologi pembebasan, adalah paham yang dengan keras menentang, penindasan, anti Kapitalisme, Imperialisme, dan Neo Kolonialisme. Sosok-sosok egalitarian yang menolak diskriminasi rasial. Rasional - kreatif, sekaligus humanis itulah kader GMNI.
